Tawassuth.com – Ca-Bau-Kan merupakan novel yang saya kenal dari teman yaitu Muhammad Nanda Fauzan. Dia mengatakan bahwa Ca-Bau-Kan adalah novel terbaik yang ditulis oleh Remy Sylado.
Atas dasar itulah, saya ikut memburu novel Ca-Bau-Kan. Mengingat, saya sangat suka sekali dengan karya-karya Remy Sylado. Dan tentu, Ca-Bau-Kan merupakan karya kelima yang saya baca dari roman yang ditulis Remy.
Cau-Bau-Kan juga bisa disebut novel yang sangat kompleks untuk pembaca pemula. Pasalnya, dalam novel ini baik cerita, tokoh, dan peristiwa yang bersinggungan dengan sejarah dipadukan menjadi satu sehingga—sangat terasa berat untuk dibaca.
Begitulah, Remy kalau menulis novel. Dia selalu memasukkan tokoh dan peristiwa yang sangat kompleks, namun percayalah setiap bacaan yang kita lalui selalu membuat terpukau.
Dalam novel Ca-Bau-Kan banyak sekali peristiwa yang bisa direview baik sejarah Kalijodo, organisasi orang Tionghoa sampai dengan peristiwa Jugun Ianfu. Yang jelas, saya tidak akan membahas itu. Saya hanya tertarik pada satu tokoh, yang bernama Max Awuy.
Max Awuy dalam novel ini diceritakan sebagai wartawan Betawi Baroe. Isi berita yang dikabarkan oleh Max selalu ditulis menggunakan bahasa Melayu dengan ejaan yang sangat kuno.
Ketertarikan saya kepada Max Awuy, setiap tulisannya adalah sebuah deskripsi peristiwa dalam kejadian besar di novel ini. Dan menariknya, tulisannya seperti personal literatur—mengalir dengan baik.
Max Awuy juga digambarkan dalam Ca-Bau-Kan merupakan perangai yang cerdas dalam membaca setiap masalah. Bahkan, peristiwa suap menyuap yang dilakukan oleh Tan Peng Liang kepada J.P Verdoorn (polisi Belanda) dapat digagalkan oleh Max Awuy.
Padahal, sebelumnya, Tan Peng Liang dalam peristiwa pembakaran gudang—mengundang Max Awuy dan F.D Pangemanan—selaku wartawan untuk membela dirinya karena melawan Thio Boen Hiap.
Namun, kedua wartawan ini tidak pernah bisa diajak kongkalikong padahal sudah diberi uang gepokan. Dan yang terjadi akhirnya adalah, Max Awuy dipukul hampir mampus oleh tangan kanan Tan Peng Liang, yaitu Tan Soen Bie.
Walaupun Max Awuy dipukul sampai setengah mampus, yang terjadi adalah—ia tidak pernah bersikap takut kepada apapun, yang penting adalah suara kebenaran lewat Betawi Baroe-nya bisa digaungkan.
Dari peristiwa itulah membuat saya jatuh cinta pada Max Awuy. Kalau dibandingkan dengan dunia nyata, jarang sekali wartawan seberani Max Awuy. Mereka kalau sudah kena suap, sudah pasti bungkam.
Sebetulnya, cerita tentang Max Awuy sangat banyak sekali walaupun ia bukan tokoh utama dalam novel ini. Akan tetapi, setiap langkah dari Max Awuy, bagi saya adalah idealisme seorang wartawan yang harus pula kita miliki. Kejujuran.***
Nama penulis: Remy Sylado
Judul: Ca-Bau-Kan hanya sebuah dosa
Tahun terbit: Cetakan pertama, 1999
Terbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Halaman: 404