Anak Kucing Hitam yang Malang

Tawassuth.com – Kucing merupakan hewan peliharaan yang sangat diminati oleh manusia, tentu saja ini karena sifat manja dan juga tingkah uniknya yang selalu membuat gelak tawa ditambah dengan bentuknya yang enak dipandang, sebab memiliki banyak jenis.

Entah berapa jenis kucing yang ada bumi ini, yang jelas penulis sangat suka sekali melihat video di YouTube yang menayangkan tingkah kucing yang lucu dan tentu saja dirawat dengan baik, bahkan tidak jarang catlovers membawanya ke dokter hewan jika ia sakit.

Berbeda halnya dengan kucing jalanan yang penuh dengan kurap, kutu, bau pesing, dan bertahan hidup dengan cara yang menyedihkan. Tidak ada pilihan lain selain meminta-minta kepada manusia, jika ada yang simpati kepadanya tentu saja berbagi dengan ikhlas, namun jika bertemu dengan manusia bengis bukan sisa-sisa yang ia dapatkan melainkan sepakan keras untuk mengusirnya.

Ada cara lain sebetulnya untuk mendapatkan makanan yang layak, ya, tentu jalannya mencuri—memang begitulah takdir kucing jalanan yang menempa hidup keras. Jika beruntung meloloskan diri dari hasil curiannya maka kenyang perutnya untuk bertahan sampai hari esok, jika kepergok dan tertangkap, tidak jarang dibanting atau kena sepak kembali.

Nasib kucing jalanan memang sebegitu menyedihkan, dan penulis menyaksikan betul kerasnya hidup kucing jalanan. Penulis juga punya pengalaman yang menyedihkan soal kucing kecil mungil berbulu hitam.

Kucing hitam itu berumur 2 Minggu kira-kira, ia hidup di lingkungan pesantren mahasiswa tempat penulis menimba ilmu agama. Tentu saja itu adalah petaka baginya, sebab kehidupan santri dekat dengan kesederhanaan karena memang untuk makan ikan saja mereka jarang.

Kucing kecil itu tanpa induk, namun ia dipaksa hidup dengan keadaan yang sangat pahit tanpa setetes ASI. Ia masih memiliki daging dan berlari-lari dengan riang, dan sesekali mencari perhatian terhadap manusia dengan cara mengikuti langkah kaki atau mencoba bermanja-manja mengelus-eluskan kepalanya.

Sayangnya santri tidak peka dengan hal yang demikian, ia diabaikan hanya sesekali dibalas dengan elusan pada bagian kepalanya. Setelah beberapa hari melewati hari-harinya sendirian, kecing mungil ini merasakan lapar yang begitu mendalam.

Kemungkinan besar ia belum menemukan sisa-sisa makanan sama dengan, sebab jika pun menemukan ia akan kena cakar atau gigitan dari kucing yang sudah dewasa.

Penulis sepulang makan bersama teman yang juga seorang pemelihara kucing di rumahnya terkejut menyaksikan kucing hitam itu sedang mengintip manusia yang sedang makan, maka kami memutuskan untuk merawatnya.

Kami membawanya ke kamar dan tentu saja ada yang menolaknya sebab dikhawatirkan ia buang hajat sembarangan. Kami menyimpannya terlebih dahulu kemudian membeli pakan kucing khusus, kalau tidak salah bermerek Whiskas—dua bungkus dengan modal iuran.

Singkatnya kami beri ia makan, dan benar saja ia lahap menghabiskan makanan Whiskas yang kami berikan, bahkan ia merasa kenyang sampai tidak melanjutkan makannya. Kami sudah komitmen untuk terus merawatnya sampai besar.

Ia tidur bersama kami ditumpukkan kain yang sudah disediakan. Tentu ia merasa nyaman dan berbeda ketika hidupnya di jalanan. Ia tidur dengan lelap bagaikan gelandangan yang baru saja menemukan tempat terbaiknya.

Pagi hari tiba, teman penulis yang sama-sama berkomitmen merawat kucing hitam yang malang ini sudah menyuguhkan Whiskas, tetapi ada yang aneh, kucing ini tidak bisa jalan pada kaki belakangnya dan tentu ia tidak mau makan seperti hari sore kemarin.

Dengan sedikit suapan dari penulis ia tidak mau, entah apa yang melatarbelakanginya sampai tidak mau makan? Untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan penulis mencoba searching di YouTube—"cara merawat kucing tanpa induk dengan baik", ada ilmu yang didapat dari video tersebut, yaitu pada umur 1-4 Minggu anak kucing jangan dihadapkan dengan suhu yang terlalu dingin.

Apakah mungkin karena suhu dingin? Penulis semalam menghidupkan 2 AC dengan temperatur suhu 26 °C. Kemudian penulis mencoba menjemurnya 15 menit sesuai anjuran dari video YouTube tersebut, dan sialnya ia tetap lemas, dan tidak mau makan.

Sampai pada akhirnya penulis sedikit meneteskan air ke mulutnya agar tidak terjadi dahidrasi. Tidak lama kemudian ia kejang bagai orang yang sakaratul maut, mengerang, dan merasakan kesakitan, penulis hanya bisa panik sesekali mengelus kepalanya.

Teman-teman satu kamar mulai prihatin melihat kucing hitam yang malang itu terkulai, dan dapatlah penulis mendapatkan jawabnya, bahwa kucing itu semalam terinjak oleh teman penulis yang komitmen mengurusnya itu. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un.

Sekarang nasib kucing hitam mungil ini hanya bisa bernafas dan matanya setengah terbuka penuh dengan linangan air mata. Sungguh penulis kasihan tapi tak punya dana untuk membuatnya sembuh atau membawanya ke dokter hewan.

Serang, 20 November 2020
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak