Barangkali ini adalah doa dari ibu saya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru agama. Namun, banyak tafsir di sini, apakah itu guru agama? Menjadi pengajar ngaji atau aspek-aspek dalam peradaban Islam? Jelas itu tidak ada pada diri saya.
Saya menafsirkan perkataan guru agama adalah guru yang mengamalkan ajaran agamanya—menyebarkan ilmu guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi entahlah, barangkali beberapa tahun ke depan memang saya betulan menjadi guru agama—mengajar Islamic Studies. Mungkin.
Ada hal yang ingin saya sampaikan. Sekarang, saya menjadi seorang guru. Guru bahasa Inggris tepatnya. Sebulan yang lalu saya diterima di salah satu kursusan sebagai tutor—dan mengajar untuk tingkat Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Setara dengan Sekolah Dasar (SD).
Pengalaman saya mengajar di MIN 1 Cilegon menyisakan cerita yang unik. Ternyata, menjadi guru itu tidak mudah. Menguras tenaga, pikiran dan juga jam tidur. Malamnya saya harus menyiapkan materi dengan baik agar mudah diterima oleh murid.
Paginya praktek Micro-teaching dan siangnya mengajar. Kebetulan saya hanya dapat jadwal mengajar pada siang hari, tepatnya pada pukul 13.00-16.00. dalam satu Minggu mendapat dua kali mengajar Senin dan Rabu.
Tidak banyak memang, tapi sangat melelahkan. Di kelas saya mengajar dengan penuh kesabaran. Terutama anak kelas 1 dan 2. Mereka penuh dengan tingkah yang unik. Saat saya menghampiri murid yang kesusahan menerima pelajaran—murid yang lain bertingkah. Mulai dari salto, memainkan alat musik, lompat-lompat, dll. Berat intinya.
Suara saya juga selalu habis. Padahal sehari hanya 2 kelas. Apalagi saya diberi tugas mengajar 4 kelas dan setiap hari. Tidak terbayangkan lelahnya. Dan sialnya, kerja keras mencerdaskan kehidupan bangsa tidak dibayar dengan semestinya.
Seminggu hanya 2 kali dan sehari dapat dua kelas. Artinya dalam sebulan saya hanya mengajar 18 kali. Dan satu pertemuan bersih dibayar 25 ribu—itu berarti satu bulan penuh saya menerima 400 ribu. Berat banget menerima ini. Seperti guru honorer.
Tapi jika saya mengajar full mulai dari pagi sampai sore dan setiap hari—memang cukup baik untuk seorang guru. 2,2 juta. Tapi bagi saya itu sangat kurang, mengingat menjadi guru itu sangat melelahkan sekali. Saya pun saat belajar di Kampung Inggris Pare satu bulan 1,5 juta tok bayar kursus dengan kost. Mahal sekali ilmu. Tapi kita mengajar mengapa sedikit sekali mendapat hasilnya?
Kemuliaan ilmu kalah oleh tukang parkir yang tidak menggunakan ilmu sama sekali. Miris. Kita harus tahu bahwa guru itu memiliki makna yang sangat mulia dalam bahasa Sansekerta. 'Gu' artinya kegelapan. Sedangkan 'Ru' adalah cahaya.
Memang kedua makna itu saling berlawanan. Tetapi jika diamati dan dimaknai lebih dalam Gu-Ru adalah orang yang mampu membawa cahaya dalam kegelapan atau boleh juga 'Guru adalah orang yang bisa menerangi kegelapan dengan cahaya'. Guru itu serius mengajarnya juga becanda digajinya.***
Serang, 3 Oktober 2023