Kopdar Perdana PK-230 Banten Digelar Secara Daring

Tawassuth.com—Kamis, 2 Mei 2024 PK-230 Banten menggelar pertemuan perdananya secara daring. Ini terjadi karena jarak antara daerah masing-masing yang sama-sama jauh dan terlebih anggota pada mulanya hanya tiga orang, yaitu Yoeventius Prasetio dari Tangerang, Tia Mega Utami dari Lebak dan Saepur Rohman dari Pandeglang.

Berhubung ada beberapa anggota PK Jabodetabek yang belum sempat mengikuti kopdar, maka anggota PK Banten bertambah dua, yaitu Refa Artika, dan Restu SN yang sama-sama berasal dari Tangerang. Akhirnya, kami menyetujui pertemuan perdana dilaksakan daring dan selanjutnya akan luring.

Dalam pertemuan perdana semua anggota PK-230 Banten hadir semua, namun Yoeventius Prasetio meninggalkan forum lebih awal mengingat dirinya sedang berada di jalan menyetir mobil. Pada akhirnya meet up dilaksanakan hanya empat orang.

Mula-mula kami berkenalan diri. Saepur Rohman mencoba memulai obrolan dengan diberikannya waktu setiap peserta untuk memaparkan nama dan studi tujuan. Dalam forum tersebut ternyata Reva dan Restu bertujuan kuliah di kampus yang sama, yaitu KTH Swedia.

Restu dan Reva juga memiliki kesamaan lainnya, yaitu berasal dari tempat kerja yang sama—mereka dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Kemudian perkenalan dilanjutkan kepada Mega yang berasal dari Lebak dan bertujuan lanjut studi di UGM.

Mega dan Rohman memiliki kesamaan juga. Berasal dari kampus UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten dan berstudi lanjut di UGM. Kemudian Saepur Rohman memaparkan aturan-aturan kopdar yang harus diikuti oleh setiap peserta PK dan apa saja yang harus dilakukan. Kami semua mengerti dan memahaminya dengan baik.

Tempat Tinggal di KTH dan UGM

Rohman bertanya, apakah ada kesulitan dalam mencari tempat tinggal di KTH Swedia. Restu dan Reva sepakat menjawab bahwa KTH memiliki housing yang berbayar untuk penduduj non-eropa dan memang sudah tersedia di kampusnya. Dan harganya lumayan tinggi "bisa mencapai 40 persen dari uang LPDP yang kamu terima," ujar Restu.

Tetapi Reva dan Restu akan mengambil tempat yang jauh lebih murah untuk penghidupan yang lebih baik di Swedia. Rohman menyarankan, mengapa tidak menyewa tempat satu kamar diisi berdua? Ternyata di Swedia tidak seperti di Indonesia yang bayarnya iuran jika tinggal berdua—melainkan harus bayar dengan jumlah uang yang sama.

Berbeda halnya dengan Mega. Mega sama sekali belum tahu pasti akan menyewa tempat tinggal di mana karena belum melakukan survei sama sekali. Sedangkan Rohman sudah melakukan survei tempat dan harga jauh-jauh hari. "Saya 9 Maret ke Jogja sambil tes IELTS coba-coba cari tahu harga kost di Jogja," katanya.

"Di sana masih banyak kost yang harganya murah bahkan ada yang 300 ribuan. Tapi jangan dibayangkan fasilitasnya bagus, ya. Untuk saya lumayan ada WiFi, kamar mandi luar, dan dapur untuk masak," tambah Saepur Rohman.

Alasan Memilih KTH dan UGM

Ada banyak alasan yang unik yang dipaparkan oleh Restu dan Reva terkait pilihannya studi di KTH. Dengan jujur Restu pengin punya pengalaman kuliah di luar negeri terlebih kampusnya sangat mendukung dalam studi di teknik kimia. Menurutnya, KTH juga punya lingkungan yang baik.

"Kampus KTH juga sangat nature. Saya sangat suka gitu yang berbau alam. Itu akan membuat saya lebih baik belajar. Lingkungannya juga membawa hal-hal positif menurut saya," katanya.

Di sisi lain Reva juga memaparkan alasannya memilih KTH. Sebelumnya Reva juga mengirim lamarannya untuk studi di Belanda, Australia. Dia juga mengatakan bahwa tertarik untuk studi di Michigan University karena teknik nuklirnya sangat baik. Namun, hatinya terpaut untuk studi di KTH karena mata kuliah yang diberikan sangat menunjang kebutuhannya.

"Kalau saya memang tertarik ke KTH karena ada materi dasar teknik nuklir. Itu sangat diperlukan di pekerjaan saya nantinya terkhusus bagaimana generator pembangkit tenaga nuklir itu bekerja. Itu sih alasannya," jelas Reva.

Mega lain lagi. Dia punya cerita menarik mengapa memilih studi perdamaian di UGM karena memang sering terlibat dalam pekerjaannya di NGO tepatnya di Mulya Raya Foundation sehingga dia studi lintas jurusan dari Hukum Keluarga Islam ke Studi Perdamaian. Dia sangat tertarik dengan isu gender, dan hubungan antar iman.

Rohman menceritakan studinya yang menurutnya tidak seunik perjuangan teman-temannya. Dia lulusan S1 Sejarah Peradaban Islam dan mengambil S2 Antropologi. Itu menurutnya masih satu rumpun ilmu humaniora. Ilmu itu saling mendukung satu sama lain. Awalnya Rohman mencoba melamar di Center for Religious and Cross-Culture Studies namun ditolak.

"Saat saya konsultasi lagi dengan orang BRIN namanya Wahyudi Akmaliah saya disuruh untuk ambil antropologi karena baginya disiplin antropologi lebih bagus dan fokus tidak seperti kajian agama lainnya. Untuk itulah saya mendaftar dan syukur diterima," tandasnya.

Persiapkan Menjelang PK-230

Rohman juga menanyakan apa saja yang belum disiapkan dan sudah disiapkan. Semuanya mengatakan bahwa tugas-tugas sudah hampir selesai. PK-230 juga mendiskusikan pakaian adat apa yang akan dikenakan nanti.

"Kalau saya sih pakaian adat Baduy saja lebih simpel. Baju hitam dan celana hitam. Tidak lupa pakai udeng kepala biru. Terus bawa tas Koja. Ini miriplah dengan pakaian yang dikenakan oleh Presiden Jokowi beberapa tahun lalu," kata Rohman.

Reva, Restu dan Mega bersekat bahwa mereka belum menemukan pakaian adat apa yang akan dipakai. Namun mereka memiliki rencana untuk mengenakan pakaian adat yang simpel saja. "Kami pengen yang simple aja sih nggak mau terlalu ribet juga, ya," tandas Reva.

Tidak lupa PK-230 Banten juga akan melaksanakan kegiatan kopdar yang kedua kalinya di tanggal 6 Mei 2024 secara daring kembali mengingat waktu kopdar sudah ditetapkan habis pada 7 Mei 2024 tepat pukul 12.00 WIB.*
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak